Refleksi: Waktunya Menata Kembali

Published by

on

Belakangan ini hari-hari yang saya jalani terasa begitu rumit.

Itu seperti berusaha menyelesaikan tugas-tugas harian, terus-menerus tanpa pernah merasa terpuaskan. 

Padahal, saya terhitung orang yang cukup disiplin. Saya biasa membuat todo-list untuk esok hari, bahkan sampai dirutinkan tiap hari tertentu atau berapa pekan sekali.


Saya benar-benar berterima kasih kepada aplikasi Google Calendar, Google Keep, dan juga Habit Loop Tracker.

Tapi kemudian, sejalan dengan waktu, ketika saya merasa beberapa hal semakin terasa kurang memuaskan, sekali waktu saya mengambil jeda untuk melakukan evaluasi.

google-calendar
google-keep

Maksud dari “kurang memuaskan” adalah, aktivitas harian yang saya lakukan benar-benar hanya demi men-checklist todo-list yang telah saya buat.

Mengejar target, hingga ketika tiba di ujung hari, saya harus memastikan bahwa tidak ada satu tugas harian pun yang terlewat.

Terlihat disiplin, ‘kan? 

Tapi bagi saya, jika kita mau fokus berorientasi pada hasil, sebenarnya yang demikian bukanlah cara/metode yang baik. Kita jadi kurang memaknai apa yang kita kerjakan.

Yang tertanam di pikiran kita adalah bahwa “Aku harus men-checklist tugas ini”, bukan “Aku harus menyelesaikan tugas ini dengan baik”. 

Jika kalian pernah atau juga terbiasa melakukan hal serupa, akan terpahami dengan baik dan terasa relate. Sebab, ketika sudah mencapai titik tertentu, rutinitas seperti ini akan terasa menjemukan.

Di samping itu, padahal, salah satu yang menjadi todo-list tersebut adalah kegiatan belajar saya, kelas online

Awalnya, dalam sehari, saya membuat sekian jadwal kelas online yang saya rasa, saya mampu melakukannya.

Dengan durasi masing-masingnya antara 30–40-an menit, saya buat jadwal tersebut jadi 3x sehari. Setelah selesai, langsung saya checklist di aplikasi Habit Tracker.

Lalu, apa hasilnya?

Buyar dengan sempurna. Hanya berjalan tak sampai seminggu. Fokus saya terpecah, ambyar dengan hebatnya. Distraksi berlebih.

Maka akhirnya, belajar dari situ, saya mulai melakukan perubahan. Evaluasi dan revisi-revisi kecil dalam rutinitas harian saya.

Dan karena itulah, lifehacks ini mungkin akan sangat cocok buat kalian yang ingin menjadi lebih produktif, tanpa membuang-buang waktu dan tenaga.

Klik 👉🏻 Effortless To-Do List

Perhatikan saja judulnya, effortless (usaha minim). 😏

Photo by Ketut Subiyanto on Pexels.com

Sadar Prioritas

Harus ada kepekaan untuk melakukan ini. 

Kalau sebelumnya biasanya saya hanya asal memasukkan todo-list tanpa begitu memerhatikan urutannya, sekarang semua itu saya ubah.

Dulu, saya sangat memuja ide dan tidak ingin membuang atau melewatkannya begitu saja.

Jadi, begitu muncul suatu ide di kepala, saya akan langsung mengeksekusinya. Entah itu dengan melakukannya langsung atau menjadwalkannya.

Setelahnya, saya membagi agenda saya menjadi dua: rutinitas yang sudah ada dan ide.

Kemudian, saya mulai memerhatikan urutan kegiatan saya, mana yang kira-kira bisa dikerjakan dengan maksimal dalam rentang waktu yang saya miliki.

Sebagai contoh, ada dua agenda yang ingin saya masukkan: kerjaan freelancing (rutinitas) dan bikin reels (ide).

Lalu saya perhatikan jadwal saya hari esok.

Anggaplah di pagi harinya saya punya waktu efektif dari pukul 9–12 siang, maka yang akan saya jadikan prioritas untuk dikerjakan adalah pekerjaan freelancing saya.

Penerapannya adalah, perhatikan rentang waktu efektif yang kalian miliki, lalu prioritaskan kegiatan apa yang bisa kalian lakukan dengan maksimal pada waktu tersebut. 

Dan karena sifatnya yang fleksibel dan sangat subjektif, kalian harus peka dan sadar untuk memilih kegiatan mana yang benar-benar prioritas

Kadang, ada saja kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak begitu penting atau mendesak untuk segera dilakukan. Karena itu, segera jadwalkan. Tidak semuanya harus selesai dalam satu hari. Itu melelahkan.

Photo by Vlada Karpovich on Pexels.com

Pecah Menjadi Bagian-Bagian Kecil

Lalu dalam rentang waktu efektif selama 3 jam itu ternyata saya pun masih menjumpai masalah lain: pekerjaan sudah selesai, tapi ternyata masih tersisa waktu lumayan banyak.

Kalian masih ingin komitmen dengan jadwal yang telah dibuat sehingga tidak mau mengerjakan tugas-tugas lainnya pada waktu tersebut?

Silakan saja. Tidak ada masalah selama kalian bisa fokus dan mengerjakannya dengan maksimal.

Atau, kalian ingin segera menyelesaikan tugas-tugas di hari itu dan langsung mengerjakannya di waktu yang tersisa?

Sekali lagi, silakan saja. Lakukan apa yang memang menurut kalian mampu untuk dilakukan.

Tapi lalu karena timbul keresahan, saya mencoba men-challenge diri saya.

Dari 3 jam waktu efektif itu, saya memecahnya menjadi per 30 menit.

Berikutnya, saya mencoba menantang diri, dalam 30 menit tersebut, harus ada suatu target yang dicapai. Tidak harus besar, yang penting sebuah capaian yang bermakna.

Misal, membuat reels. Maka dalam 30 menit tersebut setidaknya harus sudah ada satu reels yang selesai dibuat (belum termasuk upload). 

Lalu bagaimana jika target itu belum tercapai?

Maka kita bisa melakukan evaluasi, apakah pengerjaan kita kurang efisien atau mungkin perlu ada tambahan waktu, 15 menit, misal.

Di waktu-waktu “kejepit”, fokus kita rasanya meningkat. Dan karena waktu deadline yang hanya sebentar, kita jadi tidak perlu merasa terbebani oleh jam kerja yang “terasa lama”.

Penasaran? Coba saja. 😀 

Photo by RDNE Stock project on Pexels.com

By Project

Semua metode tadi akan terasa lebih riil dan bermakna apabila kita membungkusnya dalam sebuah “project”. Alih-alih “belajar sesuatu”, cobalah “belajar membuat sesuatu”. 

Seketika, apa yang sedang kita kerjakan seolah tervisualisasikan oleh sebuah “project”. Dengan kata lain: “Aku harus segera membuat ini.”

Waktu itu, daripada hanya “belajar” HTML dan CSS, saya mencoba belajar membuat templat email.

Dengan metode ini, kita benar-benar merasa sedang bekerja.

Dan di ujung pekerjaan ketika semuanya telah tuntas, apa yang telah kita kerjakan sebelumnya jadi bisa kita saksikan, kita lihat. Ada wujud nyatanya.

Ini sangat membantu, karena ada kemenangan-kemenangan kecil di situ. Kita terpuaskan.

Tools

Dari aplikasi yang telah saya sebutkan untuk menunjang aktivitas harian, ada satu yang membuat saya takjub dan merasa sangat terbantu.

Hanya satu aplikasi, all-in-one. Dalam satu tempat, tidak perlu membuka aplikasi-aplikasi lain.

Buat kalian yang belum tahu, namanya Notion.

Akan sangat panjang jika saya harus menguraikannya di tulisan ini. Tapi alhamdulillah, saya sudah menuliskan sebagian panduannya di sini.

Dan ini ada beberapa templat gratis yang bisa kalian coba pakai dulu, kalau kalian masih belum familiar dengan Notion.

Santai, kalian tidak sendiri.

postingan di grup Facebook Kami Kerja Remote
postingan di grup Facebook Kami Kerja Remote

Jika kalian merasa tulisan ini bermanfaat, jangan lupa bagikan ke orang-orang paling penting dalam hidup kalian, ya.

Sampai jumpa di level yang lebih tinggi.

Yang penting, gerak terus. Oke? 😉 😉


Tambahan bonus 👉🏻 30 Impactful Life Hacks – biar hidup lebih waras dan produktif 😁🔥

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai